Pemberdayaan dan Potensi Kearifan Lokal
Masyarakat senantiasa menghadapi perubahan sosial, globalisasi, dan perkembangan dunia digital. Tidak semua masyarakat siap menghadapi konsekuensi dan tantangan realitas sosial tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi perubahan pada era globalisasi dan digitalisasi adalah pemberdayaan dengan mengoptimalkan potensi kearifan lokal. Apa yang dimaksud pemberdayaan dan kearifan lokal? Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan berikut dengan saksama.
1. Komunitas Lokal
Sebelum memahami pemberdayaan, mari kita diskusikan konsep komunitas. Apakah kalian pernah atau sedang tergabung dalam suatu komunitas? Mengapa kalian gabung dalam komunitas tersebut? Coba ceritakan pengalaman kalian dalam forum diskusi kelas. Selanjutnya, mari simak gambar berikut.
Apakah kalian pernah membuat gerabah seperti gambar di atas? Gambar 4.2 menunjukkan proses pembuatan gerabah yang dilakukan sekelompok pemuda dan komunitas perajin. Kalian dapat melihat secara langsung aktivitas tersebut di desa wisata gerabah. Pada umumnya desa wisata tidak hanya menjadi destinasi wisata karena daya tarik yang dimiliki. Desa wisata juga dapat menunjang peningkatan perekonomian masyarakat, sarana edukasi, dan pelestarian budaya. Adakah desa wisata di daerah kalian? Bagaimana peran komunitas lokal dalam mengelola desa wisata tersebut? Coba kemukakan pendapat kalian di kelas.
Kelompok perajin, karang taruna, PKK, kelompok tani, dan kelompok seniman merupakan contoh komunitas yang dapat kalian temukan di lingkungan sekitar. Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan komunitas? Komunitas dapat diartikan sebagai kelompok social yang tinggal di suatu lokasi tertentu (Pratama, 2012). Suatu komunitas memiliki ikatan keanggotaan yang kuat. Mereka memiliki rasa yang sama, yaitu seperasaan, sepenanggungan, dan saling membutuhkan (Soekanto, 2012). Konsep komunitas sebenarnya tidak hanya bersifat kedaerahan, tetapi berkembang ke arah yang lebih luas. Komunitas merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari kesamaan kepentingan bersama. Setiap anggota komunitas memiliki sense of belonging (rasa memiliki satu sama lain) dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama (Ulum dan Anggaini, 2020).
Pada era digital saat ini kalian dapat menemukan contoh komunitas dengan mudah. Sebagai contoh, komunitas pecinta lingkungan, budaya, hobi, dan fans club yang terbentuk melalui dunia maya. Meskipun demikian, komunitas lokal berkaitan dengan wilayah atau lingkungan setempat. Komunitas lokal merupakan kelompok sosial yang memiliki kesamaan tujuan, nilai, dan norma di suatu wilayah tertentu.
2. Kearifan Lokal
Tahukah kalian apa yang dimaksud kearifan lokal? Apa saja kearifan lokal yang ada di lingkungan sekitar kalian? Kemukakan jawaban kalian di kelas secara bergantian. Selanjutnya, coba kalian amati gambar berikut.
Subak merupakan kearifan lokal berupa organisasi petani di Bali yang mengatur sistem irigasi. Subak mengandung filosofi Tri Hita Karana yang berarti tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan. Tri Hita Karana terdiri atas Parahyangan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan. Pawongan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dan sesama manusia. Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dan alam dan lingkungan.
Konsep kosmologi Tri Hita Karana termuat dalam awig-awig. Awigawigberfungsi mengatur tata krama pergaulan hidup dalam Masyarakat sesuai falsafah Tri Hata Karana. Dalam awig-awig dijelaskan mengenai aturan tata cara pengelolaan subak serta proteksi dan konservasi properti budaya dan alam di area Subak (Biro Perencanaan, 2019). Subak telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dan menjadi salah satu destinasi wisata yang mendunia.
Kearifan lokal dapat kalian temukan dari berbagai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Kearifan lokal tidak hanya ada di perdesaan. Masyarakat perkotaan juga memiliki kearifan lokal yang sebagian sudah mengarah pada adaptasi gaya hidup Masyarakat modern. Dapatkah kalian memberikan contoh kearifan lokal dalam masyarakat perkotaan? Kemukakan pendapat kalian secara bergantian dalam forum diskusi kelas. Selanjutnya, coba kalian perhatikan gambar berikut.
Berkebun dengan metode hidroponik di lahan sempit merupakan contoh kearifan lokal masyarakat perkotaan. Gerakan hijau tersebut bermanfaat sebagai sumber pangan dan sumber ekonomi masyarakat. Selain hidroponik, perilaku memilah sampah untuk didaur ulang juga termasuk contoh kearifan lokal. Pengelolaan sampah menunjukkan contoh kearifan lokal yang bertujuan mengurangi kerusakan lingkungan. Berdasarkan contoh-contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal dapat tumbuh sesuai perkembangan zaman.
Kearifan lokal tidak hanya berkaitan dengan alam. Kearifan lokal memuat pengetahuan, kepercayaan, dan kebijaksanaan yang digunakan masyarakat sebagai pegangan hidup. Kearifan lokal dikenal, dipercayai, dan diteruskan sebagai elemen yang mampu memperkuat kohesi sosial masyarakat (Abdullah, 2006; Abdullah et al., 2008). Kearifan lokal mampu mendorong masyarakat hidup berdampingan, selaras dengan alam, dan menyelesaikan berbagai konflik yang mereka hadapi (Banda, 2016). Dengan demikian, kearifan lokal mencakup aspek hubungan sosial antaranggota masyarakat. Adapun fungsi kearifan lokal sebagai berikut.
a. Perekat atau pemersatu hubungan sosial masyarakat.
b. Kepercayaan atau pegangan hidup.
c. Kontrol sosial yang mengatur perilaku masyarakat.
d. Sarana pelestarian lingkungan dan budaya.
Kearifan lokal merupakan potensi yang harus dilestarikan dan dikembangkan sebagai kekuatan untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal juga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya dampak negatif perubahan sosial, globalisasi, dan perkembangan dunia digital. Oleh karena itu, mari kenali dan lestarikan kearifan lokal yang ada di sekitar kalian mulai dari sekarang.
3. Pemberdayaan Komunitas Lokal
Setelah memahami komunitas dan kearifan lokal, mari pelajari konsep pemberdayaan komunitas. Menurut kalian, apa yang dimaksud pemberdayaan? Mengapa upaya pemberdayaan perlu dilakukan dalam masyarakat? Kemukakan pendapat kalian di kelas secara bergantian. Selanjutnya, mari simak gambar berikut!
Masalah buta aksara di Indonesia masih dapat kita temui. Masalah tersebut perlu segera kita berantas bersama. Mengapa buta aksara harus diberantas? Kemampuan aksara meliputi membaca, menulis, dan berhitung. Tiga kemampuan dasar tersebut dibutuhkan untuk belajar, berpartisipasi, dan menjalani kehidupan dalam masyarakat. Kelompok masyarakat buta aksara umumnya memiliki pendidikan rendah, miskin, dan termarginalkan karena tidak mampu berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial. Apabila tidak segera ditangani, masalah tersebut dapat menghambat pembangunan negara.
Menurut kalian, apakah buta aksara dapat diatasi melalui pemberdayaan komunitas lokal? Selain pemerintah, pemberantasan buta aksara dapat dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat, akademisi, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Governmental Organizations (NGO). Adapun LSM merupakan lembaga nonpemerintah yang bersifat independen dan nonprofit. Penanganan kasus buta aksara dapat dilakukan melalui pelatihan serta pendampingan langsung dengan melibatkan komunitas lokal. Keterlibatan komunitas lokal diharapkan mampu membantu kelangsungan program sehingga masyarakat secara perlahan memiliki keterampilan membaca dan menulis.
Lantas, siapa saja kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemberdayaan masyarakat? Pemberdayaan pada umumnya berkaitan dengan pembangunan. Oleh karena itu, masyarakat penerima manfaat pemberdayaan antara lain kelompok miskin atau rentan, pemuda, lanjut usia, penyandang disabilitas, komunitas adat, dan Masyarakat marginal. Melalui pemberdayaan, kelompok masyarakat tersebut mampu meningkatkan kontrol dan partisipasi atas keputusan hidupnya.
Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan sumber daya, kualitas hidup, serta kapasitas hidup masyarakat. Adapun pemberdayaan dapat dilaksanakan dengan memberi akses, mitra, jaringan, dan hak bersuara sehingga mereka memiliki kemampuan untuk membangun kehidupannya (United Nations, 2012). Pemberdayaan (empowerment) juga dapat diartikan sebagai proses memberikan kesempatan, kemampuan, dan keberanian bersuara untuk melakukan upaya yang terbaik bagi pribadi, keluarga, atau lingkungannya (Mardikanto, 2013). Keberhasilan pemberdayaan ditandai dengan kemandirian Masyarakat dalam menyelesaikan masalah dan menjalani kehidupannya.
Pemberdayaan bukanlah proses yang instan. Pemberdayaan membutuhkan waktu lama dan keberlanjutan (sustainable). Adapun kunci keberhasilan pemberdayaan, yaitu lingkungan yang mendukung serta partisipasi aktif masyarakat. Keterlibatan masyarakat atau komunitas lokal sangat penting dalam pemberdayaan. Masyarakat seharusnya tidak diposisikan sebagai penerima bantuan, tetapi agen yang menggerakkan perubahan. Misalnya, dalam pengambilan keputusan, pengentasan kemiskinan, meningkatkan integrasi sosial, dan membuka peluang pekerjaan yang layak (United Nations, 2012). Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan dapat dicapai melalui partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan.