Krisis Identitas Sosial
Apakah yang dimaksud dengan identitas? Identitas dapat diartikan sebagai jati diri. Identitas diri diartikan sebagai penyadaran atau pemahaman terhadap seseorang. Identitas diri meliputi karakteristik diri serta standar tindakan dalam mengevaluasi perilaku diri. Dengan adanya identitas, seseorang dapat menjadi pribadi yang unik dan berbeda dari orang lain ketika berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Hidayah dan Huriati, 2017).
Apakah ada yang pernah menanyakan identitas kalian? Jika ada, kalian dapat memberikan jawaban dengan menyebutkan gender, agama, asal daerah, atau suku yang melekat pada diri kalian. Unsurunsur tersebut menjadi bagian pembentuk identitas sosial.
Ketika kalian hidup dalam suatu kelompok, masyarakat, dan bangsa terdapat kesamaan yang menjadi identitas bersama. Sebagai contoh, kalian merupakan bagian dari bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia kalian memiliki Pancasila sebagai dasar negara, bendera Merah Putih sebagai bendera negara, dan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu kebangsaan. Segala aspek yang melekat dalam diri kalian sebagai anggota suatu kelompok inilah yang dimaksud sebagai identitas sosial.
Identitas sosial seperti daerah asal, gender, suku, agama, dan ideologi berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang. Identitas seseorang dapat terbentuk melalui proses sosialisasi yang tidak hanya berlangsung melalui interaksi dengan orang tua, keluarga, sekolah, dan teman sepergaulan (Musyadad et al., 2022). Arus globalisasi dan digitalisasi melalui pertukaran informasi di media sosial juga turut berperan dalam proses pembentukan identitas.
Keluarga berperan sebagai agen pertama dan utama dalam menanamkan dasar-dasar nilai serta norma sosial. Sementara itu, lingkungan sosial dan media sosial memberikan pengalaman nilai, norma, serta sistem sosial yang lebih luas. Penanaman nilai tersebut bertujuan membangun karakter dan mempersiapkan seseorang untuk siap hidup bermasyarakat. Dengan demikian, lingkungan sosial dan teknologi berperan penting dalam pembentukan diri seseorang.
Ketika terjadi perubahan lingkungan sosial, seseorang mungkin akan mengalami culture shock. Proses tersebut dapat menyebabkan tekanan dalam menghadapi proses sosial yang baru (Maizan et al., n.d.). Tekanan-tekanan tersebut menyebabkan seseorang kecewa dan mempertanyakan identitas sosialnya (Ibung, 2008). Selain itu, arus informasi media digital sangat berpengaruh dalam pembentukan identitas sosial seseorang. Akan tetapi, jika berlebihan media social berpotensi menyebabkan krisis identitas diri.
Apakah kalian pernah mendengar istilah panjat sosial (pansos) atau social climbing? Istilah ini menggambarkan seseorang yang ingin menunjukkan eksistensinya agar terlihat menonjol dan dikenal masyarakat luas. Ia berupaya membangun citra positif melalui media sosial dengan beragam cara, misalnya mengunggah foto atau video tertentu agar dianggap kaya, terkenal, berpengaruh, atau memiliki prestis lainnya. Terkadang postingan tersebut tidak terlihat seperti kehidupan nyatanya. Artinya, ia berupaya menutupi jati diri aslinya. Tahukah kalian, kebiasaan mengunggah foto atau video di media sosial dapat memicu munculnya tindak kejahatan? Mari perhatikan infografik berikut.
Apa yang dapat kalian simpulkan setelah mencermati infografik di atas? Coba kemukakan pendapat kalian secara lisan. Sebagai generasi penerus bangsa, kalian hendaknya memiliki identitas sosial yang kuat. Identitas sosial yang kuat sangat kalian perlukan agar tidak mudah terbawa arus negatif perkembangan pada era globalisasi dan digitalisasi. Kalian hendaknya berpegang teguh pada nilai-nilai agama, Pancasila, dan menjunjung nilai dan norma sosial agar memiliki jati diri yang kuat.