Studi Kasus UKPPG Penilaian

Bapak/Ibu Guru semuanya pada artikel kali ini saya akan berbagi informasi terkait Studi Kasus UKPPG Penilaian.

Studi Kasus UKPPG Penilaian

Simak baik-baik di bawah ini :

MASALAH

Ibu Lestari adalah seorang guru kelas V di sebuah sekolah dasar negeri. Dalam proses pembelajaran, a merasa murid-muridnya tidak menunjukkan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sat dianalisis, ternyata soal-soal asesmen yang ia gunakan selama ini lebih menekankan hafalan dan tidak mencerminkan kompetensi yang harus dikuasai siswa sesai Kurikulum Merdeka. Misalnya, pada pelajaran Bahasa Indonesia, tujuan pembelajarannya adalah siswa mampu memahami isi teks dan menemukan ide pokok, tetapi soal yang diberikan sebatas menanyakan definisi atau hafalan. Lebih lanjut, Ibu Lestari juga tidak membuat kisi-kisi soal ataupun rubrik penilaian, ia sering mengambil soal dari internet tapa analisis tingkat kesulitan dan kesesuaian dengan capaian pembelajaran. Akibatnya, asesmen yang diberikan tidak valid untuk mengukur kemampuan siswa, seta tidak memberikan gambaran nyata terhadap perkembangan belajar siswa.

SOLUSI

Ibu Lestari mulai menyadari pentingnya perencanaan asesmen yang terintegrasi dengan proses pembelajaran, a mengikuti pelatihan di komunitas belajar guru dan mempelajari tentang prinsip-prinsip asesmen yang baik, seperti validitas, reliabilitas, dan autentisitas.

Sebagai langkah nyata, sebelum membuat asesmen, Ibu Lestari terlebih dahulu menyusun kisi-kisi soal berdasarkan tujuan pembelajaran dan indikator capaian. la memastikan soal yang dibuat beragam, mulai dari level pemahaman, aplikasi hingga analisis, sesuai dengan taksonomi Bloom. Selain itu, Ibu Lestari juga mulai menggunakan asesmen formatif, seperti kuis singkat, refleksi, dan diskusi kelas untuk memantau perkembangan belajar siswa, bukan hanya menilai hasil akhir. la juga mengembangkan rubrik penilaian terutama untuk tugas proyek atau keterampilan yang bersifat kualitatif.

DAMPAK

Setelah menerapkan perencanaan asesmen yang baik, Ibu Lestari mulai melihat perubahan signifikan. Hasil asesmen lebih mencerminkan kemampuan siswa, dan siswa menjadi lebih aktif karena merasa asesmen bukan hanya ajang menguji hafalan, tetapi kesempatan menunjukkan pemahaman dan kreativitas. Selain itu, Ibu Lestari bisa mengidentifikasi dengan lebih jelas siswa yang membutuhkan bimbingan khusus, sehingga proses remedial dan pengayaan bisa diberikan secara tepat sasaran. Hal ini berdampak pada peningkatan motivasi belajar siswa dan hasil belajar yang lebih baik.

PELAJARAN BERMAKNA

Dari pengalaman ini, Ibu Lestari belajar bahwa asesmen bukan sekadar alat penilaian, tetapi bagian dari proses pembelajaran yang harus dirancang secara terencana. Perencanaan asesmen yang baik akan membantu guru mengukur capaian pembelajaran secara akurat, memberi umpan balik yang membangun, dan membantu siswa berkembang secara optimal.

Sebagai guru profesional, merancang asesmen dengan memahami prinsip-prinsipnya menjadi kewajiban yang tak terpisahkan dari tugas mendidik. Asesmen yang direncanakan dengan baik akan membawa proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berorientasi pada perkembangan peserta didik.

Baca juga : 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel