Studi Kasus UKPPG Perencanaan LKPD

Bapak/Ibu Guru semuanya pada artikel kali ini saya akan berbagi informasi terkait Studi Kasus UKPPG Perencanaan LKPD.

Studi Kasus UKPPG Perencanaan LKPD

Simak baik-baik di bawah ini :

PERMASALAHAN :

Pada semester ganjil tahun ajaran 2024/2025, di SD Neger 17, guru kelas V, Bu Rina, menghadapi tantangan bear dalam proses pembelajaran tematik. Meskipun ia telah menyusun LKPD untuk mendukung pembelajaran, siswa terlihat kurang aktif, tidak fokus, dan hasil belajar pun tidak memuaskan. LKPD yang disusun terkesan monoton, terlalu teoritis, dan tidak kontekstual dengan kehidupan siswa. Banyak siswa hanya menyalin tapa memahami isi LKPD. Ketika diberi tugas mandiri, mereka kebingungan karena petunjuk dalam LPD tidak jelas. Guru juga tidak melakukan refleksi atau penyesuaian terhadap LKPD yang sudah dibuat. Akibatnya, LKPD justru menjadi beban, bukan alat bantu belajar yang bermakna.

SOLUSI :

Untuk mengatasi hal ini, Bu Rina mengikuti workshop perencanaan LKPD berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan diferensiasi belajar. la belajar bahwa LKPD yang baik harus memuat tujuan pembelajaran yang jelas, aktivitas yang bermakna, kontekstual, dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Bu Rina kemudian melakukan evaluasi terhadap LKPD yang telah digunakan. la mengubah LKPD menjadi lebih interaktif, dengan menggunakan gambar, studi kasus, pertanyaan terbuka, kolom refleksi siswa. LKPD juga dirancang berdasarkan hasil analisis gaya belajar siswa (visual, auditori, kinestetik), sehingga satu materi memiliki lebih dari satu bentuk aktivitas. Selain itu, Bu Rina melibatkan siswa dalam menyusun bagian dari LKPD sebagai bentuk pembelajaran berbasis student voice. la juga meminta umpan balik dari rekan sejawat melalui lesson study.

DAMPAK :

Perubahan ini membawa dampak signifikan. Siswa menjadi lebih antusias dalam mengerjakan LKPD karena merasa kegiatan belajar lebih menyenangkan dan sesuai dengan cara belajar mereka. Mereka mulai berani berdiskusi, mengajukan pertanyaan, dan bekerja sama menyelesaikan tugas. Hail penilaian formatif menunjukkan peningkatan dalam pemahaman konsep. Selain itu, guru menjadi reflektif dan kreatif dalam menyusun LKPD. Kolaborasi antarguru juga meningkat, karena LKPD yang berhasil digunakan kemudian dibagikan kepada rekan guru di kelas lain.

PELAJARAN BERMAKNA :

Studi kasus ini memberikan pelajaran bahwa LKPD bukan sekadar kumpulan soal atau tugas. LKPD adalah jembatan antara tujuan pembelajaran dan keterlibatan aktif siswa. Dalam menyusunnya, guru harus memahami kebutuhan siswa, konteks pembelajaran, seta prinsip-prinsip pedagogi seperti pembelajaran aktif dan diferensiasi.

Guru juga perlu terbuka terhadap umpan balik, baik dari siswa maupun rekan sejawat. Perencanaan LKPD yang baik harus menjadi bagian dari refleksi terus-menerus dalam praktik pembelajaran.

Dengan perencanaan LKPD yang matang, guru tidak hanya menyampaikan mater, tetapi membangun proses belajar yang bermakna dan memberdayakan siswa.

Baca juga : 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel